A
|
da
seorang janda yang sudah lama hidup sendiri, namanya Mbok Sirni. Semenjak
ditinggal mati suaminya beberapa tahun silam, hari-harinya begitu sepi. Mbok
Sirni menginginkan seorang anak yang dapat menemani sisa hidupnya dan
membantunya bekerja di ladang. Mbok Sirni terus berdoa tanpa mengenal lelah,
agar ia dapat di karuniai seorang anak. Doanya didengar, suatu hari saat Mbok
Sirni bekerja di ladang di dekat hutan, ia didatangi raksasa yang amat besar
dan berwajah menyeramkan. Mbok Sirni ketakutan, tubuhnya menggigil, ia ingin
berlari menghindari dari terkaman raksasa itu.
"Ampun,
ampun...jangan makan saya..!" Mbok Sirni menjerit.
Raksasa itu tertawa,
"Hahaha... Hei janda tua! Jangan kau takut, aku tidak akan
memakanmu," Raksasa itu mendekati Mbok Sirni, "Bukankah kau
menginginkan seorang anak?" tanya raksasa itu menyelidiki.
Mbok Sirni mengangguk dengan
tubuh yang masih menggigil.
Raksasa itu tertawa lagi,
"Hahahaha, aku akan memberimu seorang anak, tapi dengan satu syarat,"
Mata menyeramkan raksasa itu melihat Mbok Sirni yang mengangguk, "Ba...
Baiklah, apa syaratnya?" tanya Mbok Sirni ragu-ragu.
"Kau harus berikan anak itu
lagi kepadaku setelah berumur enam tahun untuk kusantap, hahahaha...!"
Raksasa itu memukul-mukul perutnya, "Pasti dagingnya amat lezat."
Mbok
Sirni menyetujui syarat itu, kemudian raksasa itu memberinya biji mentimun agar
ditanam dan dirawat. Kelak setelah dua minggu di antara buah mentimun yang
ditanamnya itu ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas.
Mbok
Sirni memetik buah semangka yang besar dan berkilau emas itu, lalu membelahnya
dengan amat hati-hati. Alangkah terkejutnya dia, buah timun itu berisi seorang
bayi perempuan cantik dan bersih. Mbok Sirni memberinya nama Timun Mas. Timun
Mas tumbuh menjadi gadis yang baik budi dan cantik jelita, Mbok Sirni amat
menyayanginya sepenuh hati.
Suatu hari raksasa itu datang
kembali, ia menagih janji Mbok Sirni enam tahun yang lalu. Mbok Sirni amat
ketakutan, ia tak mau melepaskan Timun Mas begitu saja untuk disantap raksasa
itu. Mbok Sirni mencari akal agar raksasa itu segera pergi.
"Hei raksasa, Timun Mas
belum pantas kau makan, tubuhnya masih kecil. Kembalilah dua tahun lagi,
tubuhnya akan besar dan matang, akan enak untuk disantap"
R
|
aksasa itu terlihat berpikir,
"Baiklah, aku akan kembali dua tahun lagi," kata raksasa
menyetujuinya seraya pergi meninggalkan gubuk Mbok Sirni. Mbok Sirni bahagia
bukan main, tentu ia tidak akan pernah melepaskan Timun Mas kepada siapapun.
Semakin hari, Mbok Sirni semakin menyayangi
Timun Mas, ia cemas dan sedih jika teringat janjinya pada raksasa itu. Mbok
Sirni terus berdoa agar anaknya selalu selamat. Hingga akhirnya suatu hari ia
bermimpi, agar Timun Mas selamat dari cengkraman raksasa itu, Mbok Sirni harus
menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya, Mbok Sirni langsung pergi ke Gunung
Gundul untuk menemui petapa itu seperti dimimpinya tadi malam.
Di Gunung
Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya empat buah bungkusan kecil,
yaitu biji mentimun, jarum, garam, dan terasi sebagai penangkal diri dari
terkaman raksasa.
Lalu Mbok
Sirni kembali ke gubuknya dan memberikan tempat bungkusan penangkal tadi kepada
Timun Mas, "Anakku, gunakan empat bungkusan ini sebagai penangkal dan
pelindung diri dari raksasa itu," Mbok Sirni memeluk Timun Mas sambil
menangis, "Berdo'alah terus anakku."
Timun Mas mengangguk, "Balk
Mbok,"katanya kemudian."
Paginya
raksasa datang lagi untuk menagih janji, "Hei janda tua, mana anakmu Timun
Mas, aku sangat lapar," Raksasa itu semakin mendekati gubuk Mbok Sirni.
Sementara
itu Mbok Sirni meminta Timun Mas keluar lewat pintu belakang, "Pergilah
anakku,jangan sampai raksasa itu melihatmu," pinta Mbok Sirni, "Cepat
anakku."
Timun Mas
masih ragu, sungguh ia sangat ketakutan namun ia juga sangat khawatir dan
tak mau meninggalkan Mbok
Sirni sendirian menghadapi raksasa besar
itu, `Bagaimana dengan Mbok?" tanya Timun Mas, hampir menangis.
Raksasa itu
semakin mendekat, "Hei janda tua, dimana kau? Cepat berikan Timun Mas, aku
sangat lapar haah?!" raksasa mulai mengamuk.
Mbok sirni semakin khawatir
dengan keselamatan Timun Mas anak kesayangannya." Timun Mas cepat
selamatkan dirimu!" Mbok Sirni mendorong Timun Mas agar segera pergi.
Mengetahui
keadaan semakin genting, dengan berat hati Timun Mas segera berlari lewat pintu
belakang, namun mata raksasa amat jeli, ia melihat Timun Mas berlari. Raksasa
mengejarnya sambil terus mengaung, "Timun Mas mau lari kemana kau, aku
akan menerkammu, hahahaha". Raksasa itu hampir menggapai tubuh Timun Mas,
namun Timun Emas seketika itu teringat akan empat bungkusan yang diberikan Mbok
Sirni kepadanya. Lalu dengan terburu-buru ia membuka bungkusan pertama yang
berisi biji mentimun. Ditebarnya biji itu, sungguh ajaib, hutan berubah menjadi
ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun memakannya namun buah timun itu
malah menambah kuat tenaga raksasa. Ia kembali mengejar Timun Mas.
Timun Mas
amat takut, kemudian ia membuka kembali bungkusan kedua yang berisi jarum lalu
menaburkannya, dalam sekejap tumbuhlah pohonpohon bambu yang sangat tinggi dan
tajam. Raksasa meringis kesakitan dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus
mengejar. Tanpa pikir panjang lagi Timun emas membuka bungkusan ketiga yang
berisi garam dan ditaburkannya, seketika itu hutan pun menjadi lautan luas.
Namun dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Timun Mas mulai pasrah, ia
melihat bungkusan keempat, bungkusan terakhirnya, "Tuhan, selamatkanlah
diriku," ia berdoa sambil menabur isi dari bungkusan keempat itu yang
berisi terasi. Dalam hitungan detik, seketika terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih, raksasa terjebak di dalamnya ia tenggelam dalam lumpur panas itu dan
akhirnya mati.
Timun Emas mengucap syukur,
akhirnya Timun Emas kembali ke gubuknya menemui Mbok Sirni yang sedang
menangis, cemas. Melihat kedatangan Timun Mas, Mbok Sirni langsung memeluk
anaknya, "Terima kasih Tuhan, kau telah mendengar doaku. Anakku
selamat," katanya mengusap lembut rambut Timun Mas. Akhirnya, mereka hidup
damai dan bahagia selamanya.
Pesan Moral dari Dongeng Legenda
Jawa Tengah : Cerita Timun Mas adalah Setiap maslaah pasti ada jalan keluarnya
jika kita mau berusaha dan berdoa saat menghadapinya. Oleh karena itu saat
menghadapi tantangan atau rintangan, kita harus terus berusaha dengan seluruh
kemampuan untuk bisa mengatasinya. Dan selalu ingat untuk berdoa serta memohon
kepada Tuhan. Sebab Tuhan lah yang Maha kuat dan penentu segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar